BAHAN KIMIA / ADITIF PADA MAKANAN
Aditif berasal dari bahasa Inggris yaitu
add yang berarti tambah atau tambahan.
Aditif makanan atau
bahan tambahan makanan adalah semua bahan kimia yang dimasukkan dalam makanan guna untuk meningkatkan kualitas, keenakan, keunikan makanan, dan lain-lain. Penggunaan aditif makanan telah digunakan sejak zaman nenek moyang kita. Bahan aditif makanan ada dua, yaitu bahan aditif makanan alami dan bahan aditif buatan atau sintesis.
JENIS BAHAN KIMIA / ADITIF PADA MAKANAN
Bahan aditif makanan dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok tertentu tergantung kegunaanya, diantaranya: pewarna, pemanis, pengawet, penyedap, anti oksidan, penambah gizi, pengemulsi, pengatur keasaman, pembentuk serat, anti kempal, pemutih atau pemucat, perenyah dan pengisi, pemantap, zat pengering, pencegah buih, pengkilap / pelembab, dan pencegah lengket.
Dari sekian banyaknya bahan – bahan kimia pada makanan, diantaranya yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari- hari adalah sebagai berikut:
Pewarna Makanan
Pewarna makanan biasanya digunakan untuk menarik selera. Pewarna makanan ada yang alami maupun sintesis. Sebenarnya zat pewarna alami lebih aman dikonsumsi, akan tetapi jumlah dan jenisnya terbatas. Orang tertarik menggunakan pewarna sintetis karena warnanya lebih stabil dan lebih beragam, serta penggunaannya lebih praktis. Diantara contoh pewarna makanan alami adalah daun pandan dan daun suji (warna hijau), kunyit (warna kuning), karamel (warna coklat), cabe merah (warna merah) dan lain – lain.
Diantara contoh pewarna sintesis adalah Tartrazin CI 19140 (warna kuning), Biru berlian (biru), Eritrosin (merah), Coklat HT (coklat), dan lain – lain. Kadang – kadang penggunaan pewarna pada makanan sering kali disalahgunakan, yaitu menggunakan pewarna tekstil, kertas, dan cat (Rhodamin B),
methanyl yellow, amaranth untuk makanan. Pemakaian ini sangat berbahaya karena bisa memicu kanker serta merusak ginjal dan hati. Akibatnya banyak orang yang mengalami gangguan kesehatan.
Penyedap Rasa dan Aroma serta Penguat Rasa Makanan
Penyedap rasa dan aroma serta penguat rasa adalah bahan yang dapat memberikan, menambah, atau mempertegas rasa dan aroma makanan. Diantara contoh penyedap dan penguat rasa alami adalah rempah – rempah dan garam.
Penyedap rasa dan aroma yang banyak digunakan berasal dari golongan ester. Beberapa contoh zat aditif yang meniru rasa buah – buahan antara lain adalah ester - ester seperti:
Isoamil Asetat (rasa pisang),
Isomil Valerat (rasa apel),
Butil Butirat (rasa nanas), dan
Isobutil Propionat (rasa rum).
Bahan penguat rasa atau penyedap makanan yang sering digunakan adalah MSG (
monosodium glutamate), yang sehari – hari dikenal dengan nama vetsin. Meski masih pada batas aman, penggunaan MSG yang berlebihan bisa mengakibatkan rasa pusing dan sedikit mual. Gejala itu disebut
Chinese Restaurant Syndrome. Contoh penguat rasa yang lain adalah
natrium atau
kalium guanilat dan
natrium atau
kalium inosinat.
Pengawet Makanan
Pengawet digunakan untuk mengawetkan makanan, mencegah pertumbuhan mikroba perusak pangan,
mencegah terjadinya reaksi kimia yang dapat menurunkan mutu pangan, dan membentuk makanan menjadi lebih baik,
renyah, serta lebih enak di mulut.
Diantara cara mengawetkan makanan secara alami adalah dengan gula (mengawetkan buah), garam (mengawetkan daging, ikan), cuka (dalam pembutan acar), dengan pengeringan, dan dengan suhu rendah.
Menurut pakar gizi dari RS Internasional Bintaro, Banten, secara garis besar zat pengawet dibedakan menjadi tiga. Ada GRAS (
Generally Recognized as Safe) yang umumnya bersifat alami, sehingga aman dan tidak berefek racun sama sekali. Diantara contoh pengawet makanan yang diizinkan
di antaranya benzoat, propionat, nitrit, nitrat, sorbat, dan sulfit. Satu atau beberapa jenis pengawet tersebut mungkin efektif untuk jenis makanan tertentu, tetapi belum tentu hal sama berlaku pada jenis makanan lain. Jenis berikut adalah ADI (
Acceptable Daily Intake), yang selalu ditetapkan batas penggunaan hariannya (
daily intake) guna melindungi kesehatan konsumen.
Diantara pengawet yang diizinkan namun kurang aman ialah Kalsium Benzoat, Sulfur Dioksida (SO2), Kalium nitrit, Kalsium Propionat/Natrium Propionat, Natrium Metasulfat, dan
Asam Sorbat. Terakhir adalah zat pengawet yang memang tidak layak dikonsumsi, alias berbahaya. Diantara pengawet yang tidak aman adalah
Natamysin, Kalium Asetat, Butil Hidroksi Anisol (BHA), boraks (
Asam Borat), formalin dan rhodamin B. Formalin, misalnya, bisa menyebabkan kanker paru-paru serta gangguan pada alat pencernaan dan jantung. Sedangkan penggunaan boraks sebagai pengawet makanan dapat menyebabkan gangguan pada otak, hati, dan kulit.
Pengemulsi Makanan
Pengemulsi digunakan untuk mengemulsi, mengentalkan, dan memantapkan rasa makanan. Diantara pengemulsi alami ialah Gom Arab yang gunanya untuk mengemulsi minyak dan air agar dapat bersatu. Contoh pengemulsi lainnya yang cukup aman untuk dikonsumsi adalah: agar, alginat, dekstrin, gelatin, gum, karagen, dan pektin.
Pemanis Makanan
Pemanis adalah bahan yang dapat menyebabkan rasa manis pada makanan. Contoh pemanis alami adalah gula. Contoh pemanis buatan yang boleh digunakan adalah
sacharin, siklamat (natrium atau kalsium siklamat), dan
sorbitol. Namun penggunaan sacharin dan siklamat harus diawasi karena apabila digunakan secara berlebihan diduga mengandung sifat
karsinogenik (penyebab kanker). Contoh lain pemanis buatan yang dilarang digunakan adalah
Dulsin.
Anti Oksidan
Anti oksidan adalah senyawa yang relatif mudah teroksidasi atau mencegah ketengikan karena menetralkan radikal bebas. Oleh karena itu, penggunaannya dapat mencegah atau menghambat oksidasi bahan yang akan dilindungi. Beberapa contoh antioksidan alami adalah
lechitin, vitamin C, dn vitamin E. Beberapa contoh antioksidan sintesis adalah
Asam Askorbat (atau bentukkan garam kalium, natrium, dan kalsium) yang digunakan pada daging olahan, kaldu, dan buah kalengan, dan
Butilhidroksianisol (BHA) yang digunakan untuk mencegah ketengikan lemak dan minyak makan. BHA dan BHT juga digunakan dalam bensin, oli, karet, dan materil yang digunakan untuk kemasan makanan.
EFEK SAMPING PENGGUNAAN BAHAN KIMIA PADA MAKANAN TERHADAP TUBUH
Bahan aditif juga bisa membuat penyakit jika tidak digunakan sesuai dosis, apalagi bahan aditif buatan atau sintesis. Salah satu jenis makanan atau minuman yang harus diwaspadai adalah
Coca – Cola, Pepsi, Fanta dan minuman bersoda lainnya. Karena ada penelitian yang mengatakan bahwa dalam
Coca – Cola terdapat zat yang bernama
Asam Sitric yang dapat mengikis kotoran pada keramik, besi berkarat bahkan dapat melarutkan gigi dan tulang dalam waktu yang sangat singkat, yaitu dalam sepuluh hari saja (telah dilakukan dengan tes memasukan gigi yang patah pada larutan
Coca – Cola). Coba bayangkan, apabila kita sering minum
Coca – Cola, bagaimana keadaan lambung dan usus kita yang halus?
Botol plastik minuman air dalam kemasan yang dipakai ulang secara terus-menerus juga tidaklah aman. Sebab bahan plastik botol yang terbuat dari
polyethylene terephthalate tersebut mengandung zat-zat
karsinogen yang memicu timbulnya kanker. Kebiasaan memakai ulang dapat membuat lapisan plastik rusak dan zat karsinogennya melarut dalam air minum. Akibatnya,risiko terkena kanker pun semakin besar. Itulah sebabnya, konsumen hendaknya betul-betul mematuhi instruksi yang tertera pada botol tersebut.
Penyakit yang biasa timbul dalam jangka waktu lama setelah menggunakan suatu bahan aditif selain kanker adalah kerusakan ginjal, dan lain-lain. Maka dari itu pemerintah mengatur penggunaan bahan aditif makanan secara ketat dan juga melarang pengguanaan bahan aditif makanan tertentu jika dapat menimbulkan masalah kesehatan yang berbahaya. Pemerintah juga mesti melakukan berbagai penelitian guna menemukan bahan aditif makanan yang aman dan murah.
TIPS AMAN MEMILIH MAKANAN
Apakah makanan yang kita konsumsi aman bagi tubuh? Berikut beberapa tip memilih makanan yang baik dan dapat dijadikan sebagai acuan bagi orang tua:
Amati apakah makanan tersebut berwarna mencolok atau jauh berbeda dari warna aslinya. Snack, kerupuk, mi, es krim yang berwarna terlalu mencolok ada kemungkinan telah ditambahi zat pewarna yang tidak aman. Demikian juga dengan warna daging sapi olahan yang warnanya tetap merah, sama dengan daging segarnya.
Jangan lupa cicipi juga rasanya. Biasanya lidah kita juga cukup jeli membedakan mana makanan yang aman dan mana yang tidak. Makanan yang tidak aman umumnya berasa tajam, semisal sangat gurih dan membuat lidah bergetar.
Perhatikan juga kualitas makanan tersebut, apakah masih segar, atau malah sudah berjamur yang bisa menyebabkan keracunan. Makanan yang sudah berjamur menandakan proses pengawetan tidak berjalan sempurna, atau makanan
tersebut sudah kedaluwarsa.
Baui juga aromanya. Bau apek atau tengik pertanda makanan tersebut sudah rusak atau terkontaminasi oleh mikroorganisme.
Amati komposisinya. Bacalah dengan teliti adakah kandungan bahan-bahan makanan tambahan yang berbahaya yang bisa merusak kesehatan.
Ingat juga, kriteria aman itu bervariasi. Aman untuk satu orang belum tentu aman untuk yang lainnya. Bisa saja pada orang tertentu bahan pengawet ini menimbulkan reaksi alergi. Tentu saja reaksi semacam ini tidak akan muncul jika konsumennya tidak memiliki riwayat alergi.
Terakhir, semua dikembalikan pada diri kita masing – masing. Apakah yang kita konsumsi merupakan baik bagi tubuh?